Kasus stunting atau anak bertubuh pendek terjadi di seluruh Indonesia. Stunting atau disebut juga kuntet memang termasuk dampak lain dari gizi buruk atau kurang, yang sifatnya tergolong kronis.
"Anak stunting enggak harus bodoh, tapi stunting potensial untuk menjadi obesitas dan berisiko terkena penyakit dimasa depan," ujar Dr dr Yustina Anie Indriastuti, MSc, SpGK, Sekjen PDGMI (Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia) disela-sela acara Penghargaan Pemenang Kompetisi Tingkat Nasional Dokter Kecil-Mahir Gizi 2011: "Sehat Dimulai Dari Sekolahmu' di gedung kementerian dan kebudayaan, Jakarta, Senin (30/1/2012).
Dr Anie mengungkapkan hal ini karena pada anak stunting ketika ia tumbuh dewasa dan asupan makannya semakin besar ia tidak bisa lagi tumbuh ke atas, melainkan tumbuh jadi ke samping yang membuatnya berisiko mengalami obesitas.
"Stunting bisa terjadi di setiap usia, cara mengetahuinya dari melihat Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan melakukan perbandingan antara tinggi dan berat badan yang dimiliki anak," ujar Dr dr Carmen M Siagian, MS, SpGK, Ketua 1 PDGMI Pusat.
Dr Carmen menuturkan berdasarkan data Riskesdas 2010 diketahui sekitar 36 persen balita mengalami stunting. Meski begitu stunting ini masih bisa dikejar sebelum ia mengalami pertumbuhan cepat.
"Pertumbuhan itu kan makin lama makin lambat dan biasanya setelah remaja itu berhenti. Jadi stunting ini masih bisa dikejar dengan nutrisi yang baik dan lingkungan, kecuali kalau sudah melewati masa pertumbuhan cepat," ujar Dr Carmel.
Salah satu penyebab stunting adalah akibat masalah gizi yang bisa terjadi sejak hamil. Untuk itu pemerintah mencanangkan program 1.000 hari untuk negeri yang mana meningkatkan gizi dari janin sampai usia 2 tahun.
"Kita upayakan untuk mengejar status gizi mulai dari janin sampai anak berusia 2 tahun, yaitu 270 hari selama hamil dengan memberikan penyuluhan dan meningkatkan gizi ibu hamil, sampai anak tersebut berusia 2 tahun terutama untuk pertumbuhan otaknya," ujar Dr Anie.
Masalah gizi lain yang juga kini dihadapi oleh Indonesia adalah gizi buruk atau gizi kurang dan juga kelebihan berat badan dan obesitas. Masalah obesitas yang dulu banyak terjadi di kota-kota besar ternyata di beberapa daerah kecil sudah ditemukan masalah gizi berlebih.