Tidak seperti penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri, penyakit sapi gila disebabkan oleh molekul protein menular yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Protein yang disebut 'Prion' ini lebih mudah menyebar melalui paparan jaringan limfoid yang terinfeksi daripada lewat jaringan otak. Jaringan limfoid meliputi limpa atau kelenjar getah bening dan pembuluh getah bening
Dalam penelitian yang dimuat jurnal Science ini, para peneliti meneliti tikus transgenik yang terinfeksi penyakit prion dari domba ataupun manusia.
Peneliti menemukan bahwa jaringan limfoid, seperti limpa, tonsil, usus buntu dan kelenjar getah bening, memiliki prion lebih banyak daripada jaringan otak. Peneliti menemukan rata-rata sebanyak 7 % dari prion berada dalam otak tikus dan 65 % berada di limpa.
"Protein prion dapat berkembang biak cukup efisien dalam jaringan limfoid. Ini benar-benar diabaikan sampai sekarang, kemungkinan besar karena penelitian difokuskan pada jaringan otak," kata peneliti, Vincent Beringue, ilmuwan di Institut Nasional Penelitian Pertanian Perancis seperti dilansir myhealthnewsdaily.com, Senin (30/1/2012).
Penyebab penyakit prion sampai saat ini masih belum diketahui, tapi para ahli percaya bahwa protein yang normal dapat berubah menjadi proteion prion yang berbahaya, entah bagaimana caranya.
Penyakit prion yang paling umum manusia adalah penyakit Creutzfeldt-Jakob dan terjadi di seluruh dunia. Penyakit ini jarang dijumpai dan hanya menyerang sekitar satu dari 1 juta orang per tahun.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Penyakit ini menyebabkan penurunan fungsi mental dan gerakan dengan cepat, hingga akhirnya menyebabkan kematian sekitar satu tahun setelah diagnosis.
Menurut CDC, penyakit prion adalah penyakit kronis yang banyak ditemukan pada rusa dan saat ini sedang menyebar pada hewan-hewan di seluruh Amerika Serikat.
"Meskipun ada bukti bahwa perbedaan spesies bisa menjadi penghalang untuk menginfeksi manusia dengan penyakit ini, kami tidak tahu jika ada orang yang saat ini mungkin terinfeksi prion rusa. Infeksi bisa tetap tidak terdeteksi selama jangka waktu yang lama," jelas Christina Sigurdson, peneliti penyakit prion di University of California di San Diego.
http://www.detik.com